hukum pawai obor dalam islam
Kemunculantradisi pawai obor di berbagai daerah khususnya di Pontianak juga didasarkan atas sumber-sumber Islam, seperti yang terdapat dalam Al-Qur`an surah Al-A`raf ayat 199 yang artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan surulah orang mengerjakan yang ma`ruf (tradisi yang baik) serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh".
wargaCisarua gelar Pawai Obor bersama dimalam Tahun Bru Islam 1444 Hijriah. Seiring dengan masuknya bulan Muharram,sebagian besar umat Islam merayakannya sebagai awal Tahun baru Islam dengan penuh suka cita dan semangat dengan berbagai kegiatan. Tahun Baru Islam ini tentu memiliki arti dan merupakan suatu hari yang penting bagi umat muslim.
Pawaiobor telah ada dari zaman dahulu. Umumnya pawai obor dilaksanakan dalam menyambut hari-hari besar islam. Seperti menyambut tahun baru islam, hari raya idul adha, atau menyambut bulan suci Ramadhan, selain itu pawai obor juga dilaksanakan saat melepas bulan Ramadhan, atau menyambut hari raya idul fitri. sumber: dokpri
Pawaiobor ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1444 H. Kegiatan ini menjadi budaya masyarakat Kelurahan Padasuka, yang sering dilaksanakan hampir setiap tahunnya. Selain untuk menyambut Tahun Baru Islam, pawai obor ini tentu menjadi kegiatan untuk memperkuat tali silaturahmi antar RW yang ada di kelurahan Padasuka
mối tình đầu của tôi tập 48. Bandung - Berbagai acara atau tradisi menyambut Bulan Suci Ramadan digelar di berbagai daerah. Seperti di Garut dan Kota Cirebon, pawai obor menjadi tradisi tahunan menyambut bulan yang dinanti-nantikan Umat Muslim Cirebon, ribuan warga baik tua, muda, laki-laki, dan perempuan berkumpul di depan Balai Kota Cirebon pada Kamis 25/5/2017 malam. Mereka akan berkeliling kota membawa obor. Tema pawai obor tahun ini 'Obor Kota Wali'.Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis berkesempatan melepas peserta pawai. Ia menyebut pawai obor tersebut sebagai simbol semangat bersatu umat dalam menghadapi bulan yang penuh dengan kebaikan. "Ramadan ini kita jadikan sebagai momen mempertebal keimanan dan menjaga kesaturan NKRI. Hindari hal-hal yang membuat kita saling curigai, dan jangan mudah percaya dengan berita menyesatkan yang membuat bangsa ini tercabik-cabik," ujar Azis di depan ribuan peserta mendengar sambutan wali kota, peserta pawai langsung menyalakan obornya dan berkeliling pusat kota mulai dari Balai Kota Cirebon, Taman Krucuk, Jalan Wahidin, Jalan Kartini, dan finish di Masjid At Taqwa. Setelah itu mendengarkan Tri IspranotoTerpantau sepanjang perjalanan masyrakat antusias berjalan meski rute yang dilewati cukup jauh. Sambil berjalan masyrakat terus mengumandangkan salawat dan itu di beberapa titik kumpul massa terlihat anggota kepolisian berjaga. Tak seperti biasanya, penjagaan terlihat begitu ketat dengan menggunakan laras panjang, helm, dan rompi anti peluru."Ini langkah antisipasi kita menyusul kejadian kemarin bom Kampung Melayu. Kalau kita siap, mereka teroris juga akan pikir-pikir lagi beraksi," kata Kapolresta Cirebon, AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar, saat ditemui hanya di Cirebon, pawai obor juga digelar malam sebelumnya. Ribuan umat Islam, yang tergabung dalam Aliansi Umat Islam Garut, tumpah ke jalan. Sambil membawa obor, ribuan warga itu berjalan mengelilingi Kota pawai, massa Salat Isya berjamah di Masjid Agung Garut. Setelah itu mereka berkeliling, pusat perkotaan melalui rute Jalan Ahmad Yani, Jalan Guntur Melati, Jalan Pramuka, dan berakhir di Lapangan Alun-alun pawai selesai digelar, peserta pawai mendengarkan ceramah dan tausiyah dari tokoh-tokoh ulama dari Garut, di halaman Masjid Agung Garut yang masih berada di sekitaran Lapangan Alun-alun Onor di Garut Foto Hakim GhaniBola ApiSementara itu di Cileunyi, menyambut Ramadan, anak-anak gang RT 02 RW 11 Perumahan Bumi Harapan, Kelurahan Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, bermain bola bola api dilakukan oleh 10 orang anak-anak yang dibagi ke dalam dua tim. Secara umum, permainan bola api yang dilakukan anak-anak ini sama seperti permainan sepak bola pada umumnya. Namun yang membedakan, gawang hanya berukuran satu langkah kaki dan tanpa ada penjaga gawang. Sebelum permainan dimulai, anak-anak berkumpul mengelilingi bola api yang terbuat dari batok kelapa yang telah direndam minyak tanah. Dibimbing salah seorang ustaz, mereka membaca doa sebelum permainan dimulai. Foto Dony Indra RamadhanUsai membaca doa, para peserta mulai menempati posisi masing-masing. Bola dilempar panitia ke arena permainan, anak-anak langsung berebut mencari bola. Meski tanpa alas kaki, anak-anak itu tetap bersemangat berebut bola. Mereka begitu kuat menggiring bola hingga menjebloskan bola ke gawang mini yang terbuat dari pot bunga. Lantunan salawat dengan alat musik rebana mengiringi permainan bola api. "Tadi memang agak susah sih mainnya soalnya terasa panasnya. Tapi seru," ucap Andika Taufik Nugraha 14 salah seorang peserta saat berbincang dengan detikcom. Andika mengaku senang mengikuti permainan bola api ini. Ia bahu membahu dengan empat orang temannya yang lain. Andika sendiri mampu menjebloskan bola ke mini gawang sebanyak 4 kali. "Memang hobinya saya main bola. Saya penasaran ingin mencoba main bola api seperti apa," kata bocah yang masih duduk di kelas 1 SMP ini. Ketua DKM Masjid Safinatussalam Supiana mengatakan kegiatan tersebut merupakan agenda rutin tahunan saat menyambut bulan suci Ramadan. Permainan tersebut menjadi sarana syiar agama Islam."Ini bukan magis, tetapi sarana syiar agama. Sebelum mereka bermain kita baca doa terlebih dahulu lalu saat mereka bermain juga kita iringi dengan salawat," kata Supiana. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk menarik minat masyarakat agar lebih sering melakukan aktivitas di masjid. Apalagi dalam waktu dekat, bulan suci Ramadan tiba. "Kita juga sekalian menyampaikan begitu pentingnya menjalankan ibadah di masjid. Semoga dengan kegiatan ini, banyak masyarakat yang melakukan aktivitasnya di masjid," tuturnya. ern/ern
Menurut sy sih selama kebiasaan perayaan berbentuk kebudayaan yg tidak ada masuk point melanggar syariat agama tidak apa2, sama seperti membuat ketupat di lebaran, sahur on the road.... And menurut hemat sy, pawai obor itu berawal dari jaman dahulu para leluhur kita umat muslim terdahulu yg ingin melakukan pawai berarak berjalan kaki seperti kita menyambut tahun baru dan obor sebagai sarana penerangan jalan karena kan logika nya pada jaman tersebut belum ada teknologi listrik ,,kendaraan... ...Berikutnya
KEGEMBIRAAN dan kebahagiaan merebak di kalangan umat Muslim di Kota Pontianak dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan, termasuk 1 Ramadhan 1443 Hijriah pada 2022 Tahun Masehi ini. Digelar sepanjang Rabu-Kamis, 30-31 Maret 2022 malam, pawai obor baik yang digelar di Ibukota Provinsi Kalimantan barat ini dan di seluruh kabupaten dan kota di Bumi Khatulistiwa serta di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi milik berbagai agama dan etnis. "Meriah, dan memang ditunggu oleh kamek dan keluarga. Makanya saya membawa istri dan anak-anak untuk menonton," kata Chandra Salim 45, seorang warga non-Muslim asal Pontianak kepada Suara Pemred di depan Pelabuhan Pontianak, Rabu malam. Chandra, yang berdiri di depan mobilnya yang diparkir di tepi jalan, mengaku bahwa pawai obor merupakan salah satu acara menarik yang ditunggu-tunggu bukan hanya oleh warga Muslim, melainkan dari berbagai agama di Pontianak saban menjelang Ramadhan. "Pawai obor ini memang Islami, maknanya universal. Di sini ada kebahagiaan, kegembiraan dan perdamaian yang larut secara bersama-sama," lanjut sarjana hukum lulusan sebuah perguruan tinggi swasta di wilayah Jakarta Pusat pawai obor pada 2022 ini, konvoi-konvoi kendaraan ini juga melibatkan mobil-mobil pemadam kebakaran swasta dari berbagai yayasan marga warga Tionghoa. Hal ini juga sekaligus menandai tingginya tingkat kerukunan dan toleransi antarumat beragama dan etnis di Pontianak dan umumnya Kalbar. Obor sendiri berarti cahaya yang muncul dari pelita tradisional, menerangi kegelapan, dan menjelang Ramadhan, pawai obor bisa pula mengusir segala sesuatu yang jahat dari godaan iblis. Ketika Bulan Ramadhan datang, maka pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan iblis pun dibelenggu oleh Allah. Dilansir dari NU Online, Sabtu, 11 Juni 2016 , Ramadhan merupakan bulan yang istimewa. Ini karena selama bulan tersebut, seluruh umat Islam yang telah memenuhi syarat, diwajibkan untuk menjalankan puasa. Karena itu, Bulan Ramadhan disebut juga sebagai Syahrush Shiyam Bulan Puasa. Selama bulan itu, menurut riwayat yang ada, setan-setan dibelenggu shuffidatusy syayathin, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Dalam riwayat lain, hal ini dijelaskan dalam HR Bukhari dan Muslim “Ketika masuk bulan Ramadlan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup." Banyak para ulama mengajukan penjelasan soal makna hadits tersebut. Di antara penjelasan yang tersedia adalah yang dihadirkan Abu Hasan Ali bin Khalaf bin Abdul Malik bin Baththal Al-Bakri Al-Qurthubi, atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Baththal. Menurut Ibnu Baththal, setidaknya ada dua penjelasan yang diajukan para ulama tentang makna sabda Rasulullah SAW di atas. Pertama, ulama yang memahami secara literalis atau sesuai bunyi teks haditsnya. Pintu surga dibuka, dan setan dibelenggu, dipahami dalam pengertian yang sebenarnya al-haqiqi, sehingga intensitasnya dalam menggoda manusia, berkurang selama Bulan Ramadhan dibanding dengan bulan lainnya. Sebuah hadits menyebutkan “Para ulama menafsirkan sabda Rasulullah SAW tentang pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu’, dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan dengan makna hakiki, yakni mereka setan-setan dibelenggu dalam pengertian secara hakiki, sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan. Sedangkan dibukanya pintu-pintu surga’, juga dipahami sesuai bunyi teks haditsnya zhahirul hadits. Juga, lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, Riyadl-Maktabah ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 20. Kedua, memahami secara majazi. Dalam konteks ini, 'dibukanya pintu-pintu surga' dipahami bahwa Allah SWT membuka pintu-Nya, dengan amal perbuatan yang dapat mengantarkan hamba-Nya ke surga, seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur`an. Sehingga, jalan menuju surga di bulan Ramdhan lebih mudah, dan amal-perbuatan tersebut lebih cepat diterima. Begitu juga maksud 'ditutupnya pintu neraka' adalah mencegah mereka dari kemaksiatan, dan perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke neraka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengingat sedikitnya siksaan Allah kepada hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah melewatkan memaafkan perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan berkah Bulan Ramadhan. Allah juga memberikan ampunan kepada orang yang berbuat keburukan, karena adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni pelbagai kesalahan. Inilah makna tertutupnya pintu neraka. Mengenai dibelengunya setan selama Ramadhan, menurut Ad-Dawudi dan Al-Mahlab, maksudnya adalah Allah SWT menjaga kaum Muslimin atau mayoritas dari mereka dari kemaksiatan, dan kecenderungan untuk menuruti bisikan setan. Bahkan Al-Mahlab memberikan argumentasi bagi kalangan yang memahami dibelenggunya setan dalam pengertian hakiki. Menurutnya, masuknya para pendurhaka ahlul ma’ashi selama Ramadhan dalam ketaatan, sehingga mereka mengabaikan hawa nafsunya menunjukkan terbelenggunya setan. Demikian sebagaimana dikemukakan oleh Ad-Dawudi dan Al-Mahlab. Al-Mahlab pun memberikan argumentasi, yang mendukung kalangan yang memahami makna hadits ini dengan makna hakiki. Dinyatakan, setan terbelenggu karena para pendurhaka di Bulan Ramadhan, masuk ke dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari hawa nafsunya,” Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman 20. Berangkat dari penjelasan di atas, maka soal 'dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan', para ulama berbeda dalam memahaminya. Ada yang memahami dengan pendekatan makna hakiki sesuai bunyi teks haditsnya, dan ada juga yang memahami dengan pendekatan makna yang terdapat di balik bunyi teksnya majazi. Jagalah Sholat selama RamadhanKetika memerintahkan manusia untuk berpuasa, dilansir dari Qur'an for All, 5 Juli 2016, Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa Al-Baqarah 2183 Kesadaran akan Allah, itulah yang penting untuk pemenuhan tujuan manusia dalam hidup ini. Rasa takut kepada Allah, itulah yang memberikan kekuatan bagi perjuangan manusia untuk tetap berada di jalan yang lurus. Dan jika takwa kesadaran akan Tuhan adalah ototnya, maka Ramadhan adalah pelatih pribadi manusia. Jika selama Ramadhan, umat mampu menjaga diri dari kebutuhan fisik yang penting makan dan minum karena takut kepada Allah, apakah manusia tidak mampu menjaga diri dari hal-hal terlarang setelah Ramadhan, karena ketakutan yang sama? Tak satu pun dari manusia akan berani menyelundupkan segelas air saat umat berpuasa. Namun, Allah yang sama bisa melihat manusia melakukan yang haram di luar Ramadhan. Selama Ramadhan, umat bisa bangun sebelum matahari terbit untuk memberi makan tubuh. Tapi setelah Ramadhan, umat kerap tidur sampai Subuh, dan membuat jiwa kelaparan. Jadi, jangan biarkan diri ditaklukkan, karena setan bisa memanggil manusia lagi. Tapi yang bisa dilakukan oleh setan, hanyalah berusaha mengontak kita lewat beragai godaan. Jadi, kekuatan dan pilihan ada di tangan manusia, karena Allah memberitahu dalam Al-Qur'an Dan setan akan berkata setelah masalah itu selesai, 'Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar. Dan aku berjanji padamu, tapi aku mengkhianatimu... ...tetapi, saya tidak memiliki wewenang atas Anda kecuali bahwa saya mengundang Anda, dan Anda menanggapi saya. Jadi jangan salahkan saya; tapi salahkan dirimu... ...saya tidak dapat dipanggil untuk membantu Anda, Anda juga tidak dapat dipanggil untuk membantu saya. Sesungguhnya, aku mengingkari persekutuanmu denganku dengan Allah sebelumnya. Sesungguhnya bagi orang-orang yang zalim azab yang pedih Ibrahim 1422. Jadi, ada beberapa hal yang akan membiarkan setan memerintah atas manusia. Tetapi ada hal-hal lain yang tidak bisa dikuasai oleh setan. Ketika berbicara kepada Setan, Allah berfirman Sesungguhnya hamba-Ku, tidak ada kekuasaan yang kamu miliki atas mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu dari orang-orang yang sesat Al-Hijr 1542. Tapi bagaimana manusia bisa menjadi salah satu hamba Allah, di mana setan tidak memiliki otoritas? Bagaimana manusia melanjutkan semangat Ramadhan sepanjang tahun, dan sepanjang hidupnya? Jawabannya, maka simak beberapa cara berikut ini. Pertama Jaga sholatmu. Selama Ramadhan, banyak dari manusia yang memastikan untuk sholat tepat waktu, sering di masjid. Jagalah sholatmu, karena pasti doa itu akan menjagamu. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Sesungguhnya shalat itu mengharamkan kemaksiatan dan kemaksiatan, dan mengingat Allah itu lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan Al-`Ankabut 2945 Kedua Ingatlah Allah dengan tetap dekat dengan Al-Qur'an. Selama Ramadhan, banyak dari umat menghabiskan malam dan siang dengan membaca Al-Qur'an. Mengingat Allah dengan tetap dekat dengan Al-Qur'an setiap hari akan melindungi Anda dari setan, dan menjaga hati Anda tetap halus. Rasulullah SAW berkata Ada semir untuk segala sesuatu yang menghilangkan karat; dan pemoles hati adalah mengingat Allah” HR Bukhari. Nabi juga mengatakan Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya itu akan datang pada Hari Pembalasan sebagai pemberi syafaat bagi para sahabatnya Muslim Ketiga Lebih banyak berpikir dan lebih sedikit bicara. Nabi SAW berkata Kadang-kadang seseorang mengatakan sesuatu yang menyenangkan Allah, dan sebagai imbalannya Allah mengangkat statusnya; dan terkadang seseorang mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan Allah, dan itu membawanya ke neraka Al-Bukhari. Ibrahim an-Nakh`i, seorang pendahulu yang saleh, pernah berkata Siapa pun yang merenungkan akan menemukan bahwa orang yang paling mulia dan paling bermartabat dari setiap pertemuan adalah orang yang paling diam, karena diam memperindah ulama dan menutupi aib orang jahil. Keempat Sering-seringlah bertobat. Banyak dari umat mencari pengampunan dari Allah selama Ramadhan, tetapi meninggalkan praktik ini setelah Ramadhan berakhir. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW biasa bertaubat kepada Allah seratus kali setiap hari. Bertobat seringkali membuat hati kita bersih dan selalu terhubung dengan Allah. Obor dan Berkobarnya Syiar IslamDilansir dari New Age Islam, 11 April 2016, obor adalah pelita yang berkobar, yang bisa pula diartikan sebagai cahaya cemerlang Islam yang mulai berkobar dari Jazirah Arab, hanya seabad setelah Hijrah untuk menerangi empat penjuru bumi. Hal ini diakui dalam tulisan Harun Yahya asal Malaysia, yang dikenal sebagai penulis lebih dari 300 buku tentang politik, agama dan sains, yang sudah menterjemahkannya ke dalam 73 bahasa. Menurut Harun, para pembawa Syiar Islam pertama mulai menyampaikan pesan mulia kepada jutaan orang, dari perbatasan Spanyol hingga gerbang Anatolia, dari pantai Afrika Timur hingga tanah Iran. Para pelaut Arab, dengan semangat yang sama, menyala sepeeri obor, berangkat melintasi Samudra Hindia pertama ke India, lalu Pakistan. Setelah beberapa abad, negeri-negeri Asia di Timur Jauh mengenal agama tersebut. Saat ini, jika semua warga Muslim hidup dalam budaya dan bahasa yang berbeda di segala penjuru dunia, maka semua itu tak lepas dari antusiasme dan kegembiraan mereka sebagaimana semangat para pembawa Syiar Islam yang hidup tahun yang lalu. Sementara itu, pawai obor Ramadhan di Pontianak, memiliki daya tarik sendiri secara nasional, sehingga menjadi objek penelitian khusus. Hal ini termuat dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Progressio, Volume 1 Nomor 2, September 2020, terbitan ilmiah berkala oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal ini merupakan sarana publikasi publikasi bagi akademisi, peneliti, dan praktik di bidang manajemen komunikasi dalam menerbitkan artikel hasil penelitian dan artikel telaah ini dilatarbelakangi pentingnya menjaga dan melestarikan kepercayaan, yang menjadi sumber nilai dalam kehidupan orang orang terdahulu. Mengingat tradisi dan komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari hari. Tradisi pawai obor dapat diistilahkan dengan persepsi, atau komunikasi yang disampaikan lewat pawai obor dalam menyambut datangnya Ramadhan oleh masyarakat Pontianak. Pawai obor ini dilakukan oleh seluruh masyarakat Pontianak dan masyarakat di luar Pontianak. Tradisi ini dilaksanakan dan diberangkatkan dari halaman depan Masjid Raya Mujahiddin Pontianak di Jalan Ahmad Yani, kemudian tembus ke jalan Johar, dan kembali berkumpul di Masjid Raya Mujahiddin. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian etnografi, dengan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data, berupa observasi, wawancara dan kepustakaan. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi pawai obor masyarakat Pontianak, mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama atau perspektif Islam,. Perspektif ini mengajarkan kegembiraan masyarakat Pontianak dalam menyambut Ramadhan, dan melestarikan kebudayaan lokal, yang dibentuk dalam kegiatan pawai obor bagi seluruh masyarakat Pontianak. Secara perspektif Islam, ternyata ajaran Islam juga sangat memperhatikan tentang tradisi atau kebudayaan, yang dikenal dengan adab dalam bahasa Arab-nya, sebagai bagian dari sandaran atau sumber hukum pada tradisi itu sendiri. Dalam komunikasi lintas budaya, banyak dijumpai bahwa nilai merupakan sesuatu yang melekat, dan dijadikan konsep dalam diri individu, baik dalam keadaan sadar maupun tidak berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat dilacak dalam teori pengurahan ketidakpastian, saat pertama kali orang berjumpa dengan orang asing. Dalam tahapan komunikasi, m seseorang akan membawa nilai dan konsep dirinya pada awal percakapan atau interaksi dari keduanya, Tapi, itu pun dapat dibilang masih umum terjadi, termasuk dalam masyarakat yang memiliki perbedaan suku, etnis, budaya dan sosiolog Dedy Mulayana, komunikasi merupakan dasar yang lumrah terjadi dan menjadi fitrah manusia dalam kehidupan mereka, jika persepsi tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya tidak mungkin terjadi komu ikasi yang efektif. Karena komunikasi yang dapat memberikan informasi untuk melanjutkan pada komunikasi selanjutnya. Persepsilah yang menentukan Menjelang masuknya Ramadhan, masyarakat mulai menata spritualitasnya, demi menyempurnakan ibadahnya masing-masing, khususnya masyarakat Indonesia. Karena Ramadhan dianggap bulan yang agung, dan penuh dengan keberkahan di dalamnya. maka tidak heran jika seluruh umat Islam berlomba-lomba menjadi yang terbaik di hadapan Allah. Berpuasa merupakan momentum yang sangat berharga bagi umat Islam, seperti meningkatnya hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan sesamanya. Saat masuknya Ramadhan, masyarakat Indonesia memiliki khas atau pernak-pernik dalam penyambutannya, seperti tradisi pawai obor. Tradisi pawai obor merupakan tradisi atau budaya yang dipercaya, dan dijalankan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kalbar dalam merayakan datangnya bulan suci ramadhan. Momentum ini sangat dimanfaatkan oleh umat Muslim khususnya masyarakat Pontianak, dan umumnya bangsa Indonesia, untuk memperbaiki kualitas ibadahnya, dan mendekatkan diri kepada Tuhan-nya. Pawai obor juga dapat ditafsirkan sebagai bentuk kegembiraan dan kesiapan masyarakat untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan suci Ramadhan. Berdasarkan beberapa teori tersebut maka dapat digambarkan bahwa tradisi pawai obor merupakan bentuk persepsi atau komuniukasi, yang dibangun oleh masyarakat Pontianak dalam bentuk kegiatan atau ritual. Tujuannya, untuk menyampaikan kepada semua orang bahwa dengan disampaikan dalam bentuk kegiatan, akan memberikan pemahaman secara pasti serta menghindarkan prasangka yang berbeda beda, agar terhindar konflik antara lintas budaya yang lain. Tradisi ini tidak membatasi kepada lain suku, dalam artian memberikan kebebasan bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam budaya Milton J Bennet dalam Mulyana menulis, etnosentrime cendrung memandang orang lain secara tidak sadar, dengan menggunakan kelompoknya sendiri sebagai kriteria untuk segala penilaian. Semakin besar kesamaan dengan kelompok lain, maka akan terjadi kedekatan; makin besar ketidaksamaan, dan sebaliknya juga begitu. Manusia cendrung melihat kelompoknya di negeri sendiri, budaya sendiri sebagai sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral. Tradisi merupakan sebuah persoalan, dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana tradisi tersebut terbentuk. Istilah tradisi dimaknai seagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan praktek dan lain-lain, yang di pahami sebagai pengetahuan yang telah diwariskan secara turun temurun, termasuk cara penyampai doktrin dan praktek tersebut. Banyak sekali masyarakat yang memahami tradisi itu sangat sama dengan budaya atau kebudayaan. Sehingga antara kebudayaan sering tidak memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Sejarah Tradisi Pawai OborPada dasarnya tradisi pawai obor ini banyak dilakukan di daerah- daerah Indonesia, dan daerah tersebut memiliki ciri khas, dan penamaan yang berbeda. Hal ini seperti yang juga dilaksanankan saat menyambut Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Paskah bagi umat Nasrani, Hari Raya 1 Muharram, dan Bulan Ramadhan. Khusus pawai obor jelang Ramadhan di Pontianak adalah terkait dengan wujud kegembiraan masyarakat untuk menyambut datangnya Ramadhan, memperkuat hubungan umat muslim di Kalbar dalam menjalankan kehidupan, yang dihiasi dengan keimanan dan keikhlasan untuk menjalankan perintah Allah SWT. Ini berupa puasa Ramadhan, dan mengangkat kembali budaya budaya umat muslim khususnya di Pontianak, sebagai bagian dari ciri khas, dan keyakinan masyarakat dalam memeriahkan datangnya Ramdhan. Tradisi pawai obor ini dipandang penting, dan perlu untuk dilaksanakan serta dilestarikan, mengingat semakin hari tradisi di daerah-daerah mulai kehilangan ciri khasnya masing-masing. Tradisi pawai obor juga mengajak kepada seluruh umat Islam di Kalbar termasuk Pontianak, untuk senantiasa melestarikan tradisi tersebut, serta sebagai bagian dari kerbersamaan masyarakat. Berdasarkan urain di atas, menurut penelitian tersebut, maka tradisi pawai obor tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan masyarakat Pontianak. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Pawai OborTujuan dilaksanakan pawai obor dalam menyambut datangnya Ramadhan, adalah untuk menyampaikan kepada seluruh masyarakat Pontianak khususnya orang Islam. Peringatan itu yakni terkait untuk mempersiapkan diri baik secara dohir maupun secara batin dalam menjalankan kewajiban umat Islam dalam berpuasa sebulan penuh, serta menunjukkan kegembiraannya karena banyaknya kemuliaan, keutamaan, keberkahan, dan ampunan selama Bulan Suci Ramadhan. Hal ini juga sebagaimana yang disebutkan di Kitab Durrat An-Nasihin, yang artinya "Barangsiapa bergembira dengan datangnya bulan ramadhan, maka Allah SWT akan mengharamkan jasadnya masuk api neraka." Para ulama dan orang shalih sangat mengharap, dan berbahagia selama masuknya Ramadhan, seperti pendapat Ibnu Rajab Al-Hambali, yang artinya “Sebagian salaf berkata, dahulu mereka para salaf berdoa kepada Allah SWT selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah SWT menerima amalan-amalan shalih di ramadhan yang lalu." Berdasarkan hadist di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pawai obor masyarakat Pontianak merupakan cerminan dari rasa syukur dalam menyambut Bulan Ramadhan, serta ingin memperoleh petunjuk dalam menjalan ibadah tersebut. Makna Tradisi Pawai Obor dalam IslamDalam hukum Islam tradisi dikenal dengan kata 'urf' yakni secara etimologi berarti 'sesuatu yang di pandang baik dan di terima oleh akal sehat'. 'Al-urf ' adat istiadat, yakni sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan dirterima oleh akal mereka. Secara termenologi, menurut Abdul-Karim Zaidan, istilah urf berarti Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan Khalil. 2009167. Tradisi atau budaya dalam perspektif Islam disebut dengan adab. Islam telah menggariskan adab-adab Islami, yang mengatur etika dan norma-norma pemeluknya. Adab-adab Islam ini meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, di mana ajaran tentang adab atau tradisi tersebut langsung dari Allah SWT, melalui wahyu kepada Rasul-Nya. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia untuk mengikuti seluruh perilaku, dan sifat yang dicerminkan dalam diri Rasul. Sebelum kedatangan Islam, yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Arab ketika itu, adalah budaya Jahilliyah. Di antara budaya jahilliyah yang dilarang oleh Islam, misalnya, tathayur, menisbatkan hujan kepada bintang-bintang, dan lain sebagainya. Termasuk Indonesia yang mana keberagaman budaya yang dimiliki oleh negara ini juga dapat didefinisikan sebagai seluruh tradisi atau kebudayaan lokal yang telah ada tradisi pawai obor di berbagai daerah khususnya di Pontianak juga didasarkan atas sumber-sumber Islam, seperti yang terdapat dalam Al-Qur`an surah Al-A`raf ayat 199 yang artinya“Jadilah engkau pemaaf dan surulah orang mengerjakan yang ma`ruf tradisi yang baik serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. Sedangkan dalam hadis, juga diterangkan mengenai tradisi atau kebudayaan, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hairah lewat sabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia” Ayat dan hadis di atas menjelaskan tentang perintah Allah SWT dalam perbuatan-perbuatan yang memberikan dampak positif bagi manusia dan mengerjakan yang ma`ruf. Arti dari kata 'ma`ruf' itu sendiri adalah tradisi, atau kebudayaan yang baik dalam interaksi di antara mereka di mana tradisi itu sendiri banyak mengandung nilai keislaman dan budi pekerti yang baik dan luhur. Islam juga hadir sebagai sumber atau dasar hukum dalam menyempurnakan budi pekerti manusia. Jadi, tradisi pawai obor yang dilakukan dalam menyambut datangnya Ramadhan di Pontianak, merupakan seruan untuk menghubungkan kembali budi pekerti yang sudah lama terjaga dalam kepercayaan mereka. Juga untuk mengingatkan kembali tentang pentingnya kehidupan yang didasari atas rasa kasih sayang dan kepentingan bersama, terutama dalam menjalankan hubungan sebagai makhluk sosial di bulan Ramadhan, memberikan kabar gembira. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi pawai obor dalam perspektif komunikasi lintas budaya oleh masyarakat Pontianak. Inilah tradisi atau budaya yang telah menjadi kebiasaan masyarakat Pontianak ketika menjelang datangnya Bulan Ramadhan, yang dilaksanakan secara turun-temurun, yang memiliki harapan bersama. Harapan ini, yakni semua umat bisa melaksanakan kewajiban Puasa Ramadhan dengan hati yang ikhlas, dan mendapatkan petunjuk serta pertolongan dari Allah SWT selama mereka menjalankan ibadah puasa. Juga untuk memperkuat hubungan sesama umat Islam sesuai dengan anjuran-anjuran yang diajarkannya dalam bentuk Rahmatal Lil Alamin. Jika dilihat dari bentuk dan pelaksanaan kegiatan tradisi pawai obor tersebut, banyak sekali manfaat yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran. Jadi. perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih kuat antara pihak masyarakat dengan pihak pemerintah setempat, untuk tetap dilestarikan dan dijaga tradisi tersebut sebagai bagian dari ciri khas bagi masrakat itu sendiri.*** Reporter, penulis & editor Patrick Cornelis Oktavianus Sorongan-van GobelSumber Liputan, NU Online, New Age Islam, Qur'an for All, Jurnal Ilmu Komunikasi Progressio, Volume 1 Nomor 2, September 2020
Dalam ceramahnya, Ustad Khalid menjelaskan kita harus kembali kepada pendapat umum para ulama "Wallahu a'lam, saya tidak mengatakan pendapat pribadi. Tapi memang kita harus kembali kepada pendapat umumnya ulama," ucapnya. "Ulama-ulama yang saya pernah belajar dari mereka, mereka mengatakan bahwa "tidak pernah ada dicontohkan oleh Nabi SAW, begitupun para sahabat merayakan tahun baru islam," lengkapnya "lalu mengapa kaum muslimin mengadakan tahun baru islam?". Karena kaum nasrani punya tahun baru masehi kan. Makanya kita juga tarik-tarik, mencontohi," ungkap Ustadz Khalid Basalamah. "Kata nabi SAW "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. HR. Abu Daud Jelasnya. Dikutip dari berbagai sumber, penjelasan terkait mencontoh suatu kaum hadits riwayat Abu Daud No. 3512 dan juga pada Musnad Ahmad sebagai berikut حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم “Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu An Nadhr berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Tsabit berkata, telah menceritakan kepada kami Hassan bin Athiyah dari Abu Munib Al Jurasyi dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Barangsiapa bertasyabbuh dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka." HR. Abu Daud no. 3512 hadits tersebut dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah. Baca Juga Mahluk Perusak di Muka Bumi Yakjuj dan Makjuj Benarkah Keturunan Nabi? Ini Penjelasan Ustadz Baequni Musnad Ahmad no 4868 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ أَخْبَرَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yazid -yakni Al Wasithi- telah mengabarkan kepada kami Ibnu Tsauban dari Hassan bin 'Athiyah dari Abu Munib Al Jurasyi dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Aku diutus dengan pedang hingga Allah yang diibadahi dan tiada sekutu bagi-Nya, rizkiku ditempatkan di bawah bayang-bayang tombak dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka."HR. Ahmad Hukum Tasyabbuh meniru golongan lain Menurut Empat Mazhab Mazhab Maliki Dalam firmanNya “Janganlah kalian mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka diberikan kitab Taurat dan Injil lalu mereka mengembalikannya dalam waktu yang lama”. Al-Qurtubi menafsirkan ayat itu sebagai representsi mazhab maliki untuk tidak menyerupai atau tasyabbuh dengan orang kafir.
Pawai obor is the accompaniment of a group of people which is done by walking around the highway by wearing muslim clothes while carrying a torch made of bamboo. Torch fire is a symbol of the light of knowledge that will illuminate the journey of life in this world and the hereafter. While the parade is a symbol of the closeness of kinship and community relations and a forum for communication in sapan village, sukamanah village, Rancaekek Regency, Bandung Regency. This study aims to determine istihsan bil urf perspective on the implementation of the torch relay to welcome the hijriyah new year at Sapan village sukamanah village, Rancaekek Regency, Bandung is using a descriptive qualitative with data collection using interviews and observations. The subject in the study was the Chairperson of RT 03 RW 01, the people of Sukamanah Village, Santri MDT Nurul Hidayah. The results showed that the implementation of the torch parade was carried out in 1 Muharram, for all the people to work together to prepare all the needs for the implementation of the torch parade. The conclusion of this study is that the implementation of the torch march has good positive values, namely Masyrakat can walk together, strengthen the relationship and work together.
hukum pawai obor dalam islam